Penulis buku ‘Orientalisme’, Edward Said, salah seorang orientalis  asal Palestina merepresentasikan Bangsa Amerika adalah bangsa yang  paling sibuk dengan agama. Betapa tidak, saat ini muncul berbagai aliran  keagamaan yang mengusung doktrin messianisme yang menyambut kedatangan  kembali Al-Masih juru selamat dunia.
Tak ayal,  kelompok-kelompok sempalan ini makin merebak. Pertumbuhan sekte-sekte  pemujaan ini tak lain hanyalah sebuah upaya perjalanan mencari makna.  Kerap kali pencarian makna ini terlihat dalam sejumlah perilaku seperti  kesepian, stress, keterpurukan, depresi, apatis bahkan hingga krisis  identitas diri.
Setelah tak mampu menuntaskan persoalan  yang ada di depan mata, banyak yang menempuh jalan masuk ke dalam sekte  pemujaan, mashab, program-program terapi meski tak berfungsi sebagai  wadah namun cukup mujarab menjadi obat penenang. Program pencerahan  ditawarkan kendati akan menguras saku para peminatnya. Melalui tahapan  tersebut proses pencarian makna dapat diraih.
Maraknya  program-program semacam ini terkadang agak mengerikan. Banyak terjadi  kasus penculikan, penipuan, kimpoi paksa, praktek teluh hingga ritual  pembunuhan. Yang amat memprihatinkan sekte-sekte yang muncul  memarginalkan rasio dan logika. Imajinasi dan bisikan setan dianggap  fatwa Roh Kudus.
Di Guyana, terdapat kelompok “People  Temple’ yang dipimpin oleh Jim Jones. Pada tanggal 18 November 1978  sekte ini melakukan ritual tragis: 900 orang jemaah ini melakukan bunuh  diri massal dengan minum sari buah yang dibubuhi racun sianida. Ya semua  itu dilakukan demi menebus imbalan atas kebutuhan mencari makna hidup.  Bahkan yang lebih sensational dilakukan oleh kelompok ‘Manson’, pemujaan  yang berkaitan dengan satanisme perangsang menggunakan obat bius  sebagai penenang.
Pada abad pertengahan muncul  perkumpulan Al-Chemy yang mengubah logam menjadi emas, sistem simbol  kekudusan dengan Tarot, Yoga yang mengajarkan esoterisme. Fenomena ini  lebih karena keadaan tak pasti yang menggejala. Hal ini menjadi ujian  institusi agama, sains dan program reformis moral yang gagal menjawab  kebutuhan hidup.
Dalam rangka pembenaran klaim atas tanah terjanji  dan bangsa pilihan Tuhan, Yahudi telah melakukan hal-hal yang merusak  tatanan teologi dan agama di sekitarnya.
Pada akhirnya, lahir aliran Protestan yang dibangun oleh agen Zionis Jerman Martin Luther terlepas dari agama Katholik.
Berawal  pada masa puritanisme abad ke 17 , Kristen fundamentalis terlahir  dengan menjual konsep ‘Bangsa Pilihan” yang melakukan ‘perjanjian’  khusus dengan Tuhan.
Dalam buku ‘The Messianic Legacy’. Michael Baigent, Richard Leigh dan Henry Lincoln memaparkan:
“  Fundamentalisme Amerika modern bersandar pada premis yang kerap  mengejutkan dalam kekeliruan penempatan orang atau peristiwanya,  kepercayaannya dan keluguannya. Alkitab dianggap symbol yang tak dapat  diubah, firman Tuhan yang tak dapat diperdebatkan dan tak dapat diubah,  seolah-olah dewan seperti Nicea tak pernah ada dan seakan-akan tak ada  Injil alternative.’
Jadi, fundamentalisme tak ubahnya  dengan sekte Kristiani, namun terdapat landasan pokok yang membedakan:  Orang-orang terpilih diidentikkan dengan orang Amerika Serikat dan  Inggris, merupakan siss-sisa bangsa Israel di zaman kuno yang  terdiaspora. Nubuat alkitab, berupa peristiwa yang akan terjadi pada  masa yang akan datang. Apokalips (penyingkapan Tuhan) akan segera tiba  dan terjadi perang Armagedon , dunia akan dihancurkan dalam pembunuhan  massal, hanya ‘yang terpilih’ dan ‘diselamatkan’ yang akan bertahan.
Ironisnya,  kaum fundamentalis bukan dari para pemuka agama namun terdiri dari  tokoh politik dan masyarakat, pejabat pemerintah dan insan pers yang  berpengaruh.
Akhirnya, dalam merumuskan teori dan menggagas konsep  politik serta prinsip dasar dalam berhubungan dengan orang lain mereka  mencampur-adukkan antara Bibel dengan astrologi mistik. Wacana ini  sejatinya merupakan pelarian dari kegersangan hidup yang dilumuri  kebingungan dan keresahan jiwa. Lantaran doktrin fundamentalisme telah  merasuk ke semua lini kehidupan dan membongkar sekat-sekat yang  merintanginya.
Hari ini, Kristen Fundamental makin menyeruak dan  menguasai garis keras politik Amerika Serikat. Framework merekapun  berubah drastis dalam menyikapi kaum Yahudi. Awalnya umat kristiani amat  membenci Yahudi karena bangsa inilah yang harus bertanggung jawab  terhadap penyaliban Yesus. Tetapi saat ini, alih-alih mengusik kaum  laknatullah ini, justru kaum funsdamentalis yang paling aktif sebagai  pembela Yahudi.
Respons keagamaan Yahudi terhadap  Zionisme dan Negara Israel memiliki beberapa varian: The Haredi  Movement, Naturei Karta. Pada dasarnya, kelompok-kelompok ini menganggap  Israel adalah produk Zionisme tak bertuhan dan Zionis menggunakan  kekerasan dalam mengembalikan kaum Yahudi ke tanah terjanji dan  mempercepat datangnya messiah secara prematur. Naturei Karta sangat  mendukung perjuangan Palestina dan menolak berdirinya Israel Raya. Walau  yang jelas, mereka adalah juga Yahudi, yang dimurkai Allah.
Konspirasi  Kristen Fundamental dan Yahudi Zionis makin terjalin mesra. Pada  akhirnya, atas nama teks-teks suci, kebijakan politik yang menyangkut  tanah Palestina saling berbenturan hingga membuahkan peperangan dan  kekerasan yang menafikan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Ironisnya,  kebijakan yang menumpahkan darah ini terjadi karena pengaplikasian  metode Hermeneutika atas teks-teks suci. Dan terjadi kesalahan fatal  dalam menginterpretasi dan menerapkan teks suci itu ke dalam ranah  aktual. Sejatinya, dengan pembacaan yang kritis atas Bibel justru akan  mendiskreditkan Israel sebagai ‘rijsatul kharab’ (negeri najis dan  perusak).
Amat disayangkan, pers Arab tak pernah melansir isu ini,  bisa dipahami lantaran mereka terjebak dengan perang opini terhadap isu  teroris muslim, sehingga melewatkan isu yang lebih krusial: ekstrimisme  dan imperialisme Barat sekuler.
Hegemoni  Judeo-Christian makin mengemuka seiring dengan berdirinya Israel Raya.  Dan keyakinan akan nubuat ‘The Second Coming’: kedatangan juru selamat  yang kedua kali. Dan didahului perang maha dahsyat: armagedon.
Di  Barat, Armagedon telah menjadi wacana yang amat penting. Para sineas  Yahudi Amerika merasa berkepentingan meng-ilustrasikannya dalam sebuah  film ’Armagedon’ dibintangi Bruce Willis, mengisahkan bongkahan meteor  yang bergerak cepat ke bumi. Untuk mengatasinya dikirimlah utusan: ‘sang  messiah’ berupa pesawat angkasa luar yang akan menghancurkan meteor  tersebut sehingga tidak memasuki atmosfir bumi.
Menurut  pandangan Islam, Armagedon adalah peristiwa akhir zaman. Rasullullah  SAW menyebutnya al-Malhamah al-Kubro, huru hara besar yang tak akan ada  tandingannya.. Hakekatnya adalah penghancuran kecongkakan orang kafir  baik Yahudi maupun Nasrani sebagai manifestasi penampakan Qudratullah  untuk membongkar kesombongan mereka.
Dan saat itu, Isa putra  Maryam turun untuk menghakimi orang Yahudi serta pendukungnya dan  membunuh dajjal serta pengikutnya. Termaktub dalam Injil pasal Mimpi  (16:14-16):
‘Roh-roh setan pergi mendapatkan raja-raja di seluruh  dunia, serta mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu  hari Allah yang maha kuasa .lihatlah aku datang seperti pencuri.  Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya  supaya ia jangan berjalan dengan telanjang danjangan kelihatan  kemaluannya. Lalu dia mengumpulkan mereka di tempat yang dalam bahasa  Ibrani disebut Harmageddon’
Pada galibnya, berdiri tegaknya  Israel, tak ada relevansinya dengan fenomena The Second Coming yang  dipropagandakan kaum Kristen fundamental. Pemaparan hal ini akan  membongkar kesesatan opini dari konspirasi Judeo-Christian terhadap  seluruh manusia. Bila para ahli kitab ragu bisa merujuk pada nubuat  agung Daniel yang merupakan salah satu nubuat yang menjadi pegangan  Zionisme-Kristen untuk mendukung berdirinya Israel. Nubuat ini justru  menampakan pengingkaran atas berbagai tindakan kaum Yahudi mulai dari  doktrinnya sampai pada penyebutan negeri rasis bagi Israel.
Bagi  para pendusta agama yang mengaku sebagai titisan al-Masih perlu  mencermati peringatan Isa Al-Masih atas fenomena ini, termaktub dalam  Injil Matius 23-24:
‘Tetapi ketahuilah ini jika tuan rumah tahu  pada waktu mana pada malam hari pencuri datang, sudahlah pasti  berjaga-jaga dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu  hendaklah kamu juga bersiap sedia, karena anak manusia (Isa as) datang  pada saat yang tidak kamu duga-duga.’
Akhirul kalam, termaktub dalam Hadits Bukhari Muslim dari Abu Hurairah diriwayatkan:
‘Tidak  akan datang hari kiamat sehingga kaum muslimin memerangi kaum Yahudi  dan membunuh mereka. Sehingga, bersembunyilah orang-orang Yahudi di  belakang batu atau kayu kemudian batu atau kayu itu berkata Wahai orang  muslim wahai hamba Allah ini ada orang Yahudi di belakang saya,  kemarilah dan bunuhlah dia Kecuali pohon Gharqad (yang tidak berbuat  demikian) karena ia termasuk pohon Yahudi.’
Ada sebagian rabi  Yahudi yang amat mempercayai hadits tersebut. Dan ia menyatakan  Peristiwa itu akan terjadi ketika jumlah umat Islam yang datang ke  masjid pada saat sholat subuh sama dengan jumlah yang dating pada saat  sholat Jum’at. Ada pula seorang jendral Israel mengirim surat pada Syekh  Akhmad Yassin pendiri Hamas. Jendral tersebut meminta agar anak-anak  muda Palestina jangan menyerang Israel, tunggulah waktunya hingga  orang-orang Islam membunuh Yahudi. Jadi, sebagai muslim, patutkah kita  untuk tidak meyakininya? Allahua'lam. (tri putranto/pz/kazi)