
Tak  lengkap rasanya apabila menyebut Brebes tanpa telur asin. Ya, telur  asin telah menjadi ikon dan ciri khas kabupaten yang terletak di ujung  barat Provinsi Jawa Tengah tersebut. Ratusan pedagang telur asin  tersebar di hampir semua wilayah Kabupaten Brebes.
Pusat  oleh-oleh tampak berderet di sepanjang jalur pantura, antara lain di  wilayah Kecamatan Wanasari, Jalan Pemuda, Jalan Pangeran Diponegoro,  Jalan Ahmad Yani, dan Jalan Jenderal Sudirman di Kecamatan Brebes.  Ratusan ribu, bahkan jutaan, butir telur asin siap menanti kehadiran  pembeli, termasuk para pemudik pada arus Lebaran tahun ini.
Keberadaan  telur asin di Kabupaten Brebes sudah berlangsung sejak puluhan tahun  lalu. Orang yang dipercaya sebagai salah satu pionir pembuat telur asin  di Brebes adalah In Tjiauw Seng dan istrinya, Tan Polan Nio.
Menurut  penuturan anak tertua mereka, Hartono Sunaryo (68), In Tjiauw Seng  meninggal pada 1971 dan Tan Polan Nio meninggal pada 1991. Menurut dia,  ayahnya berjualan telur asin sejak tahun 1950-an. Meskipun demikian,  telur tersebut tidak dijual di Brebes, tetapi dipasok ke Jakarta.
Dari  empat anak In Tjiauw Seng, hanya dia yang masih berjualan telur asin.  Namun, dia tidak memproduksi sendiri, melainkan membeli dari perajin  lain. Hartono mengaku terkendala modal untuk memproduksi telur asin.  'Soalnya untuk proses pengasinan saja butuh waktu setengah bulan,'  katanya.
Pedagang  lain yang dipercaya sebagai pionir pembuat telur asin Brebes adalah  Tjoa Kiat Hien dan istrinya, Niati. Usaha telur asin keluarga itu masih  berjalan dan diteruskan anak keempat mereka, Tjoa Kiem Tien (55) dengan  merek telur asin Tjoa.
Menurut  Tjoa Kiem Tien, ibunya mulai berjualan telur asin sekitar tahun 1960.  Namun, usaha ibunya mulai dikenal masyarakat sekitar tahun 1965. Seingat  dia, saat itu baru ada dua pedagang telur asin di Brebes, yaitu In  Tjiauw Seng dan orangtuanya.
'Dahulu  jualnya pakai keranjang seperti sangkar burung yang ditaruh di atas  meja atau digantung,' katanya. Saat ini, penjualan telur asin sudah jauh  lebih berkembang, yaitu dengan menggunakan kemasan kardus yang cantik.
Awalnya,  telur asin dibuat untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga. Telur bebek  dipilih karena lebih mudah diperoleh apabila dibandingkan telur lain.  Ternyata, masakan tersebut juga disukai masyarakat luas sehingga  berkembang sebagai komoditas khas Brebes.
Tjoa  Kiem Tien mengatakan, saat awal berjualan, pembeli telur asin tidak  sebanyak saat ini. Pasalnya, belum banyak masyarakat yang lewat Brebes.  Jalan pantura Brebes juga belum selebar saat ini.
Pedagang  telur asin lainnya di Brebes mulai bermunculan sekitar tahun 1980 dan  semakin marak pada tahun 1997. Telur asin memang menjadi salah satu daya  tarik masyarakat luar kota untuk singgah ke Brebes. Setiap Lebaran,  komoditas ini selalu habis diserbu pemudik untuk oleh-oleh.
Bagi  usaha Tjoa, tahun keemasan telur asin berlangsung sekitar tahun 2007.  Saat itu, penjualan telur asin dalam setahun mencapai sekitar 1,3 juta  butir. Namun, akibat semakin banyaknya pedagang serta ketatnya  persaingan, penjualan telur asin cenderung turun. Untuk menyambut  pemudik pada Lebaran tahun ini, ia menyiapkan sekitar 200.000 butir  telur asin.
No comments:
Post a Comment