Thursday, January 3, 2019

Aku ( tak ) Sekuat Baja


02 Dec @Kolom

Tulisan yang diunggah para penulis( gurusianer ) tentu sudah melalui proses yang panjang, dari mencari ide, menulis , mengedit sampai akhirnya yakin untuk diunggah. Namun kenyataannya tidak semua tulisan yang kita unggah banyak pembacanya meskipun kita sudah mengikuti tips-tips yang dibagikan di blog. Apa yang salah dengan tulisan kita ? Tidak ada yang salah, hanya pembaca belum menemukan tulisan kita ( heheheh )

Bagi para penulis bila jumlah pembaca dan komentar menjadi target utama, maka bisa-bisa patah semangat untuk menulis alias “ mutung “. Setelah mutung akhirnya timbul rasa malas untuk menulis karena merasa apa yang telah dilakukan hanya kesia-siaan saja, buang waktu percuma. Begitu juga dengan saya. Perasaan kecewa yang kadang menggoda jiwa hingga membuat keengganan datang mendekap erat dan membuatku diam tanpa berbuat.Apa yang kita dapat? Hampa belaka bukan? Dari situlah maka sayapun mulai berusaha mengubah pola pikir saya.

Menulis dan menulis tanpa pernah merasa kecewa dan sakit hati ketika tulisan ini hanya sempat nongkrong sebentar saja di beranda untuk kemudian hilang tertutup dengan tulisan yang lain.Kita justru harus bangga ketika begitu banyak tulisan-tulisan lain yang hadi rdi rumah besar, karena itu tandanya literasi berkembang dengan baik melalui blog ini. Kita juga mendapat keuntungan mempunyai bahan bacaan yang sarat dengan ilmu hidup dan kehidupan secara gratis . Tulisan kita juga terarsip dengan baik tanpa takut hilang dimakan virus.

Menulis itu ibarat mengasah pisau, dengan semakin sering menulis maka akan semakin tajam baik dari kualitas maupun kuantitas. Namun bila hanya sekali dua kali menulis kemudian kecewa karena hanya menjadi sampah alias tanpa pembaca maka pisau pun akan berkarat dan menjadi tumpul. Pisau yang tumpul tentu akan semakin sulit untuk diasah, ujung-ujungnya berkarat dan akhirnya hanya dibuang. Sayang bukan?

Selain menulis kita harus banyak membaca, agar wawasan kita bertambah. Menulis tanpa membaca itu adalah suatu kesombongan. Kita bisa belajar dari membaca tulisan-tulisan para penulis populer ataupun gurusianer yang lain. Maka ketika rasa ingin pergi saja meninggalkan gurusiana datang, segera kubuka tulisan para penulis handal, di sanalah kudapatkan semangat baru, inspirasi baru untuk kembali menulis . Sesungguhnya menulis dan membaca itu tak terpisahkan. Semoga dengan usaha memperkaya diri dengan kekayaan intelektual yaitu tulisan dan bacaan maka tulisan kita tidak lagi menjadi sampah yang teronggok.

Saya pernah membaca artikel Pak Edi Prasetyo, menulis di gurusiana harus bermental baja, kuat dan tak mudah goyah hanya karena minim pembaca dan komentar. Niatkan untuk berbagi . Jadi tunggu apalagi mari menulis…..

No comments:

Post a Comment