Friday, January 4, 2019

Di mana Sawahku?


07 Dec @Kolom

Pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat tinggi. Angka kelahiran lebih banyak dari angka kematian.Bahkan Pulau Jawa diibaratkan sebagai sebuah kapal yang telah tua, dengan penumpang yang sangat banyak. Pemerintah pun pernah mencanangkan program transmigrasi agar ada pemerataan penduduk. Namun sampai saat ini problematika tentang kependudukan masih menjadi masalah di negeri ini. Menurut berbagai sumber saat ini jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai sekitar 260 juta jiwa , dan cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun.

Selain berdampak positif pertumbuhan penduduk yang tinggi membawa dampak negative juga, di antaranya adalah menyempitnya lahan pertanian. Lahan pertanian banyak yang diubah menjadi perumahan, akibatnya masyarakat pun ramai-ramai membuka hutan, sehingga hutan yang diharapkan bisa berfungsi sebagai paru-paru dunia alih fungsi menjadi lahan pertanian. Hal ini tentu berdampak panjang pada keanekaragan dan keseimbangan ekosistem dan juga pada iklim dunia.

Tidak usah jauh-jauh melihat ke pulau lain, dulu waktu kita kecil, lahan rumah begitu luas, jarak antar tetangga pun sangat renggang. Saat ini rumah sudah berjubel. Rumah saya yang dulu tergolong mewah ( mepet sawah ), kini sudak tidak lagi. Telah ada rumah-rumah baru yang dibangun dan benar-benar mewah. Bila ini dibiarkan terus menerus maka para petani pun terancam mata pencahariannya. Tidak hanya itu, beras pun akan semakin membumbung tinggi harganya. Bisa-bisa para petani pun beralih profesi, tidak lagi menanam benih padi, tetapi menanam besi. Aku pun menjadi bertanya-tanya.

@ Di mana Sawahku ?

Terhampar luas bak permadani

Hijau menawan melambai lambai

Tertiup angin sepoi sepoi

Segarnya udara di sawahku

Kuhirup dalam-dalam nafasku

Kupejamkan mata menikmati indahmu

Ketika padi mulai menguning

Burung-burungpun menunggu lalai

Terbang rendah mencuri biji

Sampai tak ketahuan si petani

Namun petani tak lengah juga

Bernyanyi riang sepanjang hari

Hingga burung-burungpun risih sendiri

Akhirnya memilih terbang lagi

Tapi kini, semua tak kutemui

Di mana sawahku yang dulu?

Entah kapan ini terjadi

Tak lagi kudengar suara Pak Tani

Menghalau burung agar pergi

Mereka tlah menanam besi

Hingga tumbuh menjadi pondasi

Jangankan panen beras nanti

Yang ada hanyalah gedung-gedung tinggi

Di mana sawahku ?

No comments:

Post a Comment