Monday, January 7, 2019
Belajar dari Sapu Lidi
00:42 @Kolom
Benar adanya kalau hari Ahad itu hari keluarga ( family time ), waktunya untuk berkumpul dan beraktivitas bersama keluarga setelah 5 hari atau 6 hari sebelumnya bekerja. Seperti halnya Ahad ini, selain membereskan urusan rumah, ada beberapa acara keluarga yang harus dihadiri. Salah satunya adalah pertemuan Trah Keluarga Besar Mulyo Winoto.
Trah adalah sekelompok individu yang saling memiliki hubungan kekerabatan (silsilah) satu-sama lain. Terdapat suatu buku/catatan silsilah yang biasanya menjadi rujukan untuk menunjukkan hubungan kekerabatan itu. Hubungan kekerabatan ini kadang-kadang tidak hanya bersifat biologis tetapi juga sosial, dalam arti ada anggota yang diangkat (karena adanya perkawinan kedua atau adopsi, umpamanya) walaupun tidak terkait secara biologi. ( wikipedia )
Dalam masyarakat timur yang mengutamakan kebersamaan, seperti yang dipraktikkan oleh sebagian suku bangsa di Indonesia, anggota trah seringkali mengorganisasikan diri untuk mempererat hubungan personal di antara mereka. Dalam masyarakat Jawa, sering kali alasan yang dipakai adalah agar mereka tidak saling melupakan satu sama lain (kepatèn obor).
Selain alasan biar tidak kepaten obor, trah juga sering digunakan sebagai wahana mengumpulkann kembali balung pisah. Mereka yang hubungannya renggang bisa akrab dan saling mengenal kembali.Mungkin inilah salah satu kelebihan teknologi yang harus kita akui. Lewat aplikasi media sosial terutama whatshap sekarang sangat mudah untuk membentuk grup trah. Seorang bisa memiliki beberapa grup trah, dari keluarga besar ibu, bapak, ibu mertua, ayah mertua, sampai tingkat yang lebih atas atau bawahnya. Punya berapa grup trah Anda?
Sesuai kesepakatan biasanya grup trah mengadakan pertemuan rutin. Ada yang 3 bulan sekali, ada yang 6 bulan sekali sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing. Kebetulan salah satu trah kami, mengambil 6 bulan sekali, di awal tahun dan di waktu lebaran Idul Fitri. Sesepuh kami, menyampaikan adanya falsafah sapu lidi yang digunakan dalam kebersamaan keluarga besar ini. Bagaimana ceritanya ?
Kita semua tentu mengenal sapu lidi, bahkan hampir seluruh rumah tangga memiliki sapu lidi. Keluarga besar diibaratkan sapu lidi yang terdiri dari banyak batang lidi. Satu batang lidi apakah bisa digunakan? Tentu sangat terbatas, bahkan cenderung sulit digunakan. Bagaimana kalau batang-batang itu kita ikat jadi satu? Akan terbentuk sapu lidi yang banyak manfaat dan kuat, di antaranya adalah bisa digunakan untuk membersihkan sampah. Ini mengandung maksud bahwa dengan bersama-sama masalah seberat apapun akan bisa diselesaikan dengan baik. Trah menjadi media yang bisa mempersatukan satu dengan yang lain. Saling mengenal saudara sedarah, ataupun saudara yang sebenarnya tidak ada ikatan. Setelah mengenal maka ada upaya saling memahami, yang kemudian saling menolong, bersatu menghadapi kendala dan hambatan. Dengan bersatu masalah seberat apapun akan bisa diselesaikan.
Setelah dipakai, lama kelamaan maka sapu lidi akan semakin pendek. Meskipun demikian sapu ini justru semakin kuat dan kokoh. Demikian juga dengan kita, dengan bertambahnya usia berarti semakin banyak makan asam garam kehidupan, sehingga semakin matang dan kuat dalam menghadapi kehidupan ini.
Alhamdulillah ternyata trah banyak manfaatnya, semoga pertemuan baik lewat dumay maupun dunia nyata bisa menjadikan kita seperti sapu lidi yang membawa banyak manfaat dan semakin kokoh seiring dengan perjalanan waktu. Terlebih kita ketahui bahwa menjalin silaturahmi itu banyak sekali manfaatnya, sebagaimana pernah saya tulis dalam http://marlupi.gurusiana.id/article/indahnya-silaturahmi-2272530
#edisibelajar#hariesoklebihbaik#
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment