Friday, January 4, 2019
Maafkan Aku , Ibu...
29 Dec @Cerpen
Di luar hujan tampak semakin deras, tetesannya begitu kencang di genting rumahku. Kubiarkan jendela kamar terbuka. Tirainya pun melambai tertiup angin. Temaram lampu luar tak mampu berlomba dengan gelapnya malam yang tenggelam dalam derasnya hujan. Anganku menerawang jauh, menembus lebatnya hujan.
" Sudah malam Nak, ditutup ya jendelanya," suara lembut Ibu mengagetkanku.
Aku hanya mengangguk pelan tanpa beranjak. Entahlah ...kaki ini terasa begitu berat. Ibu pun menutup jendela, kemudian menghampiriku. Perempuan yang sudah tak lagi muda itu menatapku penuh kasih dan duduk di sampingku.
" Nak...maukah kau mendengarkan cerita Ibu?” tanya Ibu sambil mengelus pundakku.
Aku hanya mengangguk lemah.
" Tahukah kau Nak...waktu kau masih belajar berjalan dirimu sungguh lucu. Ibu selalu bersamamu, tak ingin sedikit pun melewatkan setiap moment dalam pertumbuhanmu. Kau gadis kecilku yang cantik dan menggemaskan. Tiap kali terjatuh, kau pasti akan bangkit lagi. Satu dua langkah kau pun terjatuh lagi, namun kau selalu bangkit lagi. Waktu kau sudah bisa berjalan , engkau pun mencoba belajar berlari. Tak sekali dua kali kau terjatuh , entah tersandung batu atau yang lainnya. Namun setiap jatuh kau pasti akan bangkit dan berlari ke pelukan Ibu. Ku harap sekarang pun begitu Nak, meskipun kau terjatuh, bangkitlah Nak..jangan seperti ini.. Ibu yakin kau bisa bangkit lagi "
Deg...kata-kata Ibu terasa menyentak dadaku. Aku gadis kecilnya yang selalu bangkit kembali ketika terjatuh. Mengapa sekarang begitu rapuh? Mengapa aku begitu lemah?
" Ibu tahu Nak, dikhianati itu sangat menyakitkan, tetapi sadarkah kau, sebenarnya dialah yang sangat rugi ketika meninggalkanmu. Dia rugi karena meninggalkan seorang gadis yang cerdas sepertimu. Berarti dia memang tak pantas untukmu. Ibu yakin Nak, Tuhan telah menyiapkan jauh yang lebih baik untukmu. Yakinlah wanita yang baik, pasti akan mendapatkan lelaki yang baik pula, “
Aku seperti tertampar dengan kata-kata Ibu. Selama ini aku terlalu menuruti kata hatiku, tanpa bisa berfikir nyata dengan logika. Aku segera beranjak. Ibu benar, untuk apa aku meratapi lelaki yang tak punya hati, lelaki yang telah mempermainkan perasaan. Lelaki yang tak punya nyali. Dia telah pergi, mengingkari janji yang pernah diberi.
" Maafkan aku,Ibu.."
Pecah tangisku di pelukan Ibukku. Aku tak ingin mengecewakan wanita yang telah mempertaruhkan hidupnya untukku. Aku tak ingin Ibu bersedih . Aku akan bangkit Ibu. Meski usiaku sudah berkepala dua , aku masih gadis kecilmu yang dulu. Terima kasih Ibu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment