Thursday, January 3, 2019

Secangkir Teh


21 Oct @Kolom

Alhamdulillah, hari ini aku sempat untuk membuka gurusiana. Kemarin seharian tak sempat untuk membuka, apalagi menulis. Ada tiga acara yang harus kami lewati dengan tempat yang berjauhan, sehingga banyak menyita waktu dan energy. Baterai hapepun habis, dan tak sempat untuk mengisinya kembali. Untungnya dalam acara aku selalu bersama suami dan anak-anak, hingga baterai habispun tak masalah, masalahnya hanya satu, tak sempat membuka gurusiana. Hehehe…jadi kangen

Kuawali pagi ini dengan “ngeteh” bersama keluarga. Kebiasaan turun temurun yang kudapat dari kedua orangtuaku. Minum teh bersama mereka adalah salah satu yang selalu kami rindukan. Masih melekat dalam ingatan, Ibuku sehari dua kali membuat teh manis yang kita minum bareng-bareng kala pagi hari dan petang hari. Dulu aku tak mengerti apa-apa. Yang kutahu ngeteh menjadi kebiasaaan yang kami tunggu-tunggu. Apalagi kalau baru pulang dari bepergian, sesampai di rumah Ibu langsung membuatkan kami teh “nasgithel” . Apa itu? Teh yang panas, legi tur kenthel. Efeknya ternyata benar-benar luar biasa. Rasa pusing , mual, jengkel hilang sudah. Sambil menikmati teh kami bercakap, bercerita tentang perjalananan kami. Ada yang lucu , ada yang menyenangkan , bahkan yang menyakitkan pun ada, dengan bercerita seolah semua kembali lagi ke awal. Mungkin inilah yang sekarang disebut dengan refleksi.

Kedua orang tuaku bukanlah pegawai atau pengusaha yang punya banyak teori. Tetapi mereka punya banyak contoh yang sangat pas dan baru kupahami ketika aku sudah berkeluarga. Seperti kebiasaan minum teh manis ini. Mereka tak pernah bercerita apa tujuannya , apa manfaatnya. Tetapi ketika minum teh bersama di pagi hari, kami duduk bersama, saling berbagi, saling bercerita. Kadang Bapak dan Ibupun sering bercerita tentang kehidupan, tentang harapan mereka pada kami anak-anaknya. Cerita tentang kesuksesan orang-orang besar, termasuk bagaimana mestinya kami bersikap. Semua itu tanpa kami sadari membuat kami ( saya empat bersaudara ) semakin semangat untuk bersekolah mengejar cita-cita. Dengan minum tehpun ternyata membuat keyakinan bahwa keluarga adalah tempat yang tepat untuk bercerita ( curhat ) segala hal yang kami hadapi.

Terimakasih Ibu, terimakasih Bapak….kalian ajarkan padaku, bagaimana membangun keluargaku. Lewat secangkir teh , kalian tuangkan kasih sayang, hingga kami tak perlu mencari perhatian di luar sana. Kalian kuatkan kami, kalian kobarkan semangat hidup kami, hingga kamipun berani menghadapi hidup yang penuh dengan liku-liku.

Jadirindukampunghalaman

Banguntapan, 21102019

No comments:

Post a Comment