Berdesir , nyeri terasa di lubuk hati. Merinding ketika membaca berita tentang nasib teman seperjuangan. Semoga sahid nan mulia disandangnya. Raga harus gugur saat berkarya. Mencurahkan hati dan jiwa untuk pendidikan. Namun nasib siapa sangka. Manusia hanya bisa berencana , takdir di tangan Yang Kuasa. Sungguh takdir memang tak terelakkan, namun apa yang menyebabkan selayaknya kita renungkan. Sebuah lukisan suram dalam dunia pendidikan.
Begitu bobrokkah moral calon pemimpin masa depan ini? Mau dibawa ke mana perjalanan bangsa ini? Mengapa begitu “ urakan “ dan seakan tak terkendali? Apa yang salah dalam pendidikan? Tanggung jawab siapakah ini? Guru, orang tua, masyarakat? Mari bersama instropeksi diri dan berperan sesuai dengan fungsi kita masing-masing. Tak ada yang terjadi begitu saja, semua pasti ada makna di dalamnya. Semoga kita bisa belajar, dan terus memperbaiki diri, demi anak negeri.
Kutuliskan puisi ini, sebagai curahan hati, semoga Pak Budi diberikan tempat terindah di sisi- Nya. Diterima segala amal ibadah, diampuni segala dosa.
Kubawa berjuta mimpi
Untukmu wahai anak negeri
Meniti hari ,melukis asa
Merajut angan
Indahnya masa depan
Kubungkus harapan
Bersama cinta dan kepedulian
Tak tahukah kau?
Aku pernah memakai seragammu
Aku pernah duduk di kursimu
Aku pernah lewati jalanmu
Aku pernah menjadi dirimu
Aku ingin menjadi penyuluhmu
Aku ingin merengkuhmu
Aku ingin menggandeng tanganmu
Menyusuri jalan ini
Melihat indahnya mentari pagi
Melihat semesta ini
Bernyanyi dan berkreasi
Agar kau temukan hakikat diri
Namun..
Mengapa tak jua kau mengerti?
Jangan kau renggut mimpiku
Biarkan menjadi nyata
Karna tlah kubayar mahal
Dengan kepergianku
By : Marlupi Astana
SMP 2 Piyungan
No comments:
Post a Comment